Thursday, March 31, 2011

Aku Bukan Mereka!!!

Entah aku diposisikan dimana saat ini. Karena detik-detik yang berjalan saat ini begitu cepat seiring nafas yang kuhembuskan. Ku tinggal bersama seorang pasangan suami istri beserta 1 anaknya perempuan. Dan juga dengan keponakannya, yang tertua laki dan satunya perempuan. Tidak seperti hari lainnya yang begitu damai, entah kenapa saat ini berbeda. Segalanya menjadi seperti tak tentu dan penuh kebingungan.


Pada pukul lima pagi, saat matahari masih dibalik gunung, semuanya sudah bergegas dan ingin menyudahi segala kegiatan kami. Memang kami adalah termasuk makhluk malam dan tak pernah tertidur. Entah ada apa pasangan suami istri itu bertengkar. Tapi, yang pasti kami harus meninggalkan tempat tinggal kami. Seakan-akan tempat tinggal kami adalah mangsa dari sebuah makhluk. Lalu, apa yang diributkan oleh pasangan itu, entahlah mungkin berbeda pendapat.


Kepergian suaminya tidak diperhatikan lagi oleh istrinya. Dia membiarkan hal tersebut terjadi. Aku pun bingung apa yang harus kulakukan. Ku hampiri istri tersebut beserta anaknya. Seperti yang aku tahu sejak lama, bahwa anaknya begitu mencintaiku. Tapi, entah aku tak bisa mencintainya. Dia mengajakku untuk pergi dengan menggunakan mobilnya meninggalkan rumah yang akan hancur sebelum matahari muncul.


Namun sebelum itu aku harus berunding terlebih dahulu dengan keponakannya. Dengan cepat kuhampiri mereka di kamarnya. Kali ini, adiknya terlihat begitu cantik. Itulah sebab mengapa sejak lama aku tak bisa menerima cinta orang lain meski dia sangat mencintaiku. Kakanya memang sudah tahu bahkan merestui hubunganku dengan adiknya. Dia dan aku sudah menjadi pasangan yang kompak dan tak bisa dipisahkan.


Pada pukul lima lewat lima belas menit, aku beserta yang lainnya keluar rumah. Matahari akhirnya mulai menyapa lima belas centimeter permukaan bumi. Wajah kakaknya mulai terbakar dan tubuhnya mulai lemah. Istri, anaknya, keponakan yang perempuan sudah menunjukkan taringnya yang sangat tajam. Ya, mereka sebetulnya bukanlah manusia, entah apa spesies mereka sebetulnya, aku tidak tahu. Yang pasti tidak pernah bernafsu untuk membunuh atau memakan aku. Aku sendiri tak tahu mengapa selama ini hadir di dalam kehidupan mereka.


Sudah saatnya aku buat keputusan dengan siapa aku pergi. Dan aku putuskan pergi dengan seorang istri dan anaknya. Sedangkan pacarku aku biarkan pergi dengan kakaknya. Kakaknya sebetulnya menyayangkan tindakanku. Tapi, mau bagaimana lagi. Adiknya masih bisa dilindungi oleh kakaknya. Tapi seorang istri dan anaknya, siapa yang akan melindungi mereka. Terpaksa aku. Sebelum mereka mulai melemah terpaksa aku langsung tancap gas berpencar dengan pacarku. Meski ada rasa cinta yang mendalam disertai selimut kenangan-kenangan indah bersamanya, aku harus menyapu semuanya dan membuang semua itu agar kami semua masih hidup. Aku yakin suatu saat akan bertemu dengan pacarku lagi. Karena kesetiaan kami takkan pernah terputus.


Pada saat di tengah perjalanan, matahari mulai naik lima derajat dan hampir menyapu semua permukaan jalan. Pandanganku mulai panas dan silau hingga aku tak kelihatan lagi, begitu putih cahanya benar-benar membutakanku. Dan saat aku kedipkan mata dan kubuka mata lagi...... entah kenapa aku telah terbaring di atas kasur dan tertendang dari dunia yang lain....


Memang hidup adalah pertaruhan, harus berani mengambil keputusan dan bertaruh, meski hasilnya adalah kekalahan. Namun kekalahan itu untuk yang terbaik, dan kekalahan itu sendiri adalah takdir yang akan menunjukkan jalan kemenangan untuk hari yang datang.

0 komentar:

Post a Comment

Thanks a lot for your attention...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting